JAYAPURA – Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP, MH dan Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal, SE, MM atau dikenal dengan “LUKMEN” ternyata membuat sejarah baru di tanah Papua.

Ya, setelah berhasil mengalahkan Bali dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) untuk menjadi tuan rumah PON XX/2020. Namun akhirnya Provinsi Papua memperoleh suara terbanyak dalam pemungutan suara calon tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2020 dengan meraih 66 suara pada Rapat Anggota Tahunan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

Menjadi tuan rumah PON XX adalah sejarah untuk Papua. Mengingat, selama ini, pelaksaaan PON hanya berputar di wilayah pulau Jawa. Dengan adanya PON di Papua menjadi perantara agar Papua dikenal oleh masyarakat Indonesia maupun dunia internasional.

Komitmen Gubernur dan Wakil Gubernur Papua yakni Lukas Enembe-Klemen Tinal tidak sampai menjadi tuan rumah semata. Buktinya, dua puncuk pimpinan di Provinsi Papua ini berkomitmen untuk kembalikan kejayaan olahraga Papua yang dulu dikenal sebagai gudang atlet nasional.

Prestasi olahraga Papua yang hancur-hancuran pada dua pelaksanaan PON sebelumnya menjadi cambuk bagi LUKMEN. Berbagai terobosan dilakukan dalam tubuh KONI Papua.

Terbukti, dalam pelaksanaan PON Jawa Barat 2016, Papua berada di posisi 7 besar dengan perolehan 18 medali emas, 19 perak dan 32 medali perunggu.

Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP, MH mengatakan, mengapa saya begitu bersemangat dan kuat tekadnya untuk bisa menjadikan Papua sebagai tuan rumah PON XX Tahun 2020 adalah menginginkan supaya dengan PON ini maka identitas dan kebanggaan rakyat Papua semakin meningkat di pentas nasional bahkan internasional.

“Saya sebagai Gubernur Papua untuk mewujudkan cita-cita ini melakukan “road show” ke berbagai Kementerian dan pimpinan DPR untuk meyakinkan bahwa Papua siap sebagai tuan rumah PON 2020 setelah PON ke-19 Tahun 2016 di Jawa Barat,”ungkap Gubernur Lukas Enembe.

Diakuinya, keinginannya untuk rakyat dan Pemerintahan Papua menjadikan wilayahnya sebagai penyelenggara PON XX tahun 2020 mendatang tidak semata-mata karena faktor prestasi olahraga semata.

Melainkan memiliki nilai strategis dari sisi percepatan pembangunan di wilayah Provinsi Papua yaitu, pertama, dari sisi ekonomi akan semakin berkembang infrastruktur jalan, jembatan, bandar udara dan semakin meningkat sektor informal seperti hotel, restoran dan jasa pariwisata.

Kemudian kedua, dari sisi sosial-budaya bahwa akan terjadi interaksi sosial yang massive dimana masyarakat Papua akan dikunjungi dan berinteraksi dengan saudara-saudara sebangsanya dari seluruh wilayah Tanah Air.

Ketiga, dari sisi politik bahwa akan mengembalikan kepercayaan masyarakat Papua terhadap pemerintah nasional sekaligus mengukuhkan rasa nasionalisme Indonesia di kalangan masyarakat Papua.

“Keinginan Papua sebagai tuan rumah PON ini sebenarnya sejalan dengan konsep revolusi mental Presiden Joko Widodo di Tanah Papua. Hal itu diletakkan dengan desain besar pemerintah dalam membangun dan mensejahterakan Provinsi Papua, yakni dalam satu dasawarsa ini pemerintah telah melakukan reformasi politik di Papua,”bebernya.

Hal itu dapat dilihat dari desentralisasi asimetris yang dirumuskan dalam payung otonomi khusus bagi Papua. Melalui kerangka otonomi khusus maka pemerintah telah mendesain kewenangan yang luas, mendesentralisasi fiskal yang lebih besar maupun menghargai identitas ke-papua-an melalui pembentukan Majelis Rakyat Papua (MRP).

Menurutnya, dengan olahraga adalah pintu bagi pemerintah untuk memperkuat identitas kebangsaan dan solidaritas nasional.

“Disini, PON dipersembahkan sebagai suatu kohesi sosial, perekat kebangsaan, dan solidaritas nasional. Bisa saja fasilitas olahraga masih tertinggal ketimbang daerah Jawa Tengah atau Sumatera Utara yang juga mencalonkan diri sebagai tuan rumah,”katanya.

Namun, dari sisi yang lain, PON di Papua kiranya diletakkan sebagai bagian penting dari desain besar nasional di dalam menguatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Semua energi, pikiran dan langkah rakyat Papua akan tertuju ke perhelatan akbar itu. Langkah ini sebagai tonggak sejarah Indonesia dan menjadi kesadaran kolektif semua anak bangsa untuk mendukung impian dan komitmen rakyat Papua sebagai tuan rumah PON XX Tahun 2020,”ujarnya.

Gubernur juga mengakui Papua membutuhkan biaya yang besar untuk menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX/2020 mendatang. Dibutuhkan sekitar Rp 10-15 triliun untuk menyelenggarakan PON di Papua.

PON Papua 2020 rencananya akan dilaksanakan di lima kabupaten yaitu Timika, Wamena, Biak, Merauke dan Jayapura akan menjadi tempat pembukaan dan penutupan.

“Papua hari ini sudah jauh lebih maju dan berharap pelaksaan PON di Papua nanti bisa sukses. Maka dari itu, Papua sudah mulai mempersiapkan segala sesuatunya dari sekarang. Olahraga akan persatukan Papua, Indonesia dan seterusnya. Tidak akan ada unsur politis, itulah harapan kami. Olahraga akan menjadi bagian terpenting, itulah sebabnya kami dipercayakan menjadi tuan rumah.”pungkasnya. (lam/rm)

LEAVE A REPLY