JAYAPURA – Keberadaan PT Freeport Indonesia di Tanah Papua dianggap sebagai pemicu dari semua kejadian yang terjadi di Kabupaten Mimika. Sehingga pihak Freeport harus bertanggungjawab atas semua kejadian tersebut.

Untuk itu, Ketua DPR Papua, DR. Yunus Wonda, SH, MH meminta agar pihak perusahaan asal Amerika ini untuk tidak diam membisu.

Legislator Papua ini menandaskan, adanya aksi demo dari elemen mahasiswa dan masyarakat yang menuntut PT Freeport Indonesia harus ditutup lantaran mereka berkesimpulan bahwa Freeport adalah pemicu dari semua kejadian yang terjadi di Mimika.

“Sebagai Ketua DPR , saya hanya mau sampaikan kepada Freeport bahwa peristiwa yang terjadi hari ini, kenapa Freeport malah diam membisu,” kata Yunus Wonda kepada sejumlah wartawan usai menemui para pendemo di halaman kantor DPRP, Kamis (23/11/2017).

Mestinya, kata Yunus Wonda, Freeport harus bertanggungjawab karena orang yang bisa masuk ke wilayah itu hanya orang tertentu saja.  Tapi ada 300 lebih orang yang masuk ke daerah Tembagapura, padahal daerah itu ada dibawah kewenangan Freeport.

“Kenapa hari ini justru Freeport diam membisu, sementara semua konflik peristiwa ada dibawa dia. Kami lihat ini, seakan-akan kami rakyat Indonesia baik itu yang ada di TNI/Polri juga rakyat, kami macam diadudombakan,” terangnya.

Menurutnya, hal itu yang dilihat DPRP, namun Freeport justru diam membisu dan tidak ada pertanggungjawaban moril untuk menjelaskan rentetan kejadian itu.

“Sebagai Ketua DPR Provinsi Papua, kami minta Freeport harus berbicara, jangan adu dombakan kami anak bangsa. Itu tidak boleh, kenapa kami anak bangsa, TNI/Polri juga masyarakat kami, yang harus jadi korban dan diadudombakan. Freeport harus bertanggungjawab dari semua peristiwa ini,” tegas Yunus Wonda.

Apalagi, lanjutnya, itu daerah steril yang tidak sembarang orang bisa masuk. Setelah ada kejadian ternyata banyak masyarakat di sana yang dengan bebasnya bisa masuk.

“Kenapa selama ini Freeport diam dan kenapa selama ini Freeport mengijinkan. Jadi dengan tegas saya mau sampaikan disini, bahwa kesalahan terbesar ada di Freeport, dan Freeport adalah akar dari semua persoalan,” ucapnya. (ara/rm)

LEAVE A REPLY