JAYAPURA – MAF adalah salah satu misi penerbangan yang beroperasi di Tanah Papua yang tujuannya sangat jelas dan mempunyai visi dan misi yaitu memperhatikan warga masyarakat yang berada di daerah pedalaman Papua, khususnya di daerah Pegunungan.

Baik daerah terisolir maupun daerah yang sulit dijangkau oleh pemerintah. Namun, sangat disayangkan jika saat ini pesawat MAF tidak lagi beroperasi di Papua, lantaran dari Kementerian Perhubungan Republik Indonesia telah menghentikan operasional peswat MAF di Papua

Untuk itu, salah satu anggota DPRP, Nathan Pahabol menyesalkan sikap dari Kementerian Perhubungan yang telah menghentikan operasional pewata MAF di Papua. Menurutnya, MAF sudah beroperasi di Papua lebih dari 70 tahun dan visi misinya sudah jelas yaitu mengutamakan pelayanan kemanusiaan. Yang mana ada beberapa bagian yang sangat penting, yakni menyangkut masalah pendidikan khususnya guru-guru injil yang mengajar di daerah pedalaman.

“Jadi kami sesalkan keputusan Kementerian Perhubungan yang sementara waktu membekukan penerbangan MAF,”beber Nathan Pahabol yang juga sebagai Sekretaris Komisi V DPRP kepada wartawan di ruang Baleg DPRP, Senin (4/12/2017).

Menurutnya, penerbangan MAF menjadi jembatan bagi masyarakat dan konektivitas untuk bisa sampai ke daerah-daerah yang terisolir. Apalagi kata Nathan, dalam pekabaran injil, MAF ini juga menjadi pahlawan, karena yang pertama dan terutama di dalam hati orang Papua khususnya masyarakat Pegunungan yang berada di daerah yang sulit dijangkau. Tapi MAF mampu melakukan itu.

Bahkan, lanjut Nathan Pahabol, MAF juga sudah ikut membantu pembangunan yang ada di Tanah Papua, khususnya di daerah Pegunungan. Ia mengungkapkan bahwa ada hal yang perlu dilengkapi oleh pihak maskapai penerbangan, sehingga Kementerian Perhubungan membekukan penerbangan MAF.

“Karena ada syarat yang harus dipenuhi dan dilengkapi pihak MAF,” ujar Nathan.

Menurutnya, ini memang juga penting tapi sebenarnya pelayanan penerbangannya tidak perlu dibekukan atau dilarang.

“Ya sambil menunggu surat-surat itu diproses dan sambil menunggu surat-surat itu dilengkapi. Apakah statusnya dinaikan atu diturunkan, sebaiknya operasi penerbangan MAF ini tetap harus jalan,”tegasnya.

Ia menambahkan, dalam situasi menjelang hari raya Natal seperti ini, orang-orang yang berada di kampung ingin merayakan natal di kampung masing-masing. Otomatis sangat membutuhkan penerbangan MAF untuk beroperasi lagi kembali.

“Jadi sambil jalan dan sambil di lengkapi kekurangan yang ada, sebaiknya MAF beroperasi dulu kembali. Kalau di Papua ini dilakukan, apalagi dalam bulan Desember dimasa Natal, keputusan ini sangat merugikan kami orang asli Papua,”ketus Nathan Pahabol.

Bahkan, tambahnya lagi, dalam situasi darurat seperti ini, Kementerian Perhubungan malah menurunkan satu keputusan yang sebenarnya sangat merugikan kami orang Papua. Sehingga pihaknya mempertanyakan, jika Kementerian Perhubungan bekukan ijin terbang pelayanan MAF, apakah ada alternative yang mereka siapkan atau tidak.

“Nah, kalau dia tidak siapkan, ini sama saja dia memutuskan orang Papua punya leher. Jadi kami sangat menyayangkan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan RI,” tukasnya.

Untuk itu, pihaknya meminta Presiden Jokowi supaya memerintahkan kepada Menteri Perhubungan untuk mengizinkan pesawat MAF kembali beroperasi, sambil pihak maskapi penerbangan melengkapi syarat yang diminta Kementerian.

“Kami juga minta Pemprov Papua terutama Dinas Perhubungan supaya membicarakan ini dengan kementerian perhubungan, agar MAF bisa kembali beroperasi,” pintanya.

“Untuk itu, kami mendesak Gubernur Papua untuk segera lakukan rapat terbatas dan rapat koordinasi dengan pimpinan MAF di Sentani,”tandasnya. (ara/rm)

LEAVE A REPLY