JAYAPURA (PT) – Ketua Pusat Pembinaan dan Pelatihan Provinsi (Puslatprov) Papua, Brigjen TNI. Nyoman Cantiasa memimpin rapat perdana bersama pasukannya yang masuk dalam pengurus Puslatprov.

Rapat yang berlangsung di ruang Rapat PB PON Papua dihadiri Wakil Ketua Puslatprov, Jhony Banua Rouw, Sekum KONI Kenius Kogoya dan kabinert Puslatprov lainnya.

Brigjen TNI. Nyoman Cantiasa mengatakan, dirinya menerima jabatan ini, karena ingin membantu Papua sukses prestasi di PON XX tahun 2020.

Oleh karena itu, dirinya tidak mau ada penghianat di dalam tim kerjanya.

“Saya punya prinsip kalau mau bekerja untuk kemajuan Papua, silakan bergabung, tapi saya tak mau ada konflik antara pengurus cabor, pelatih dan atlet,” tegas Kasdam XVII Cenderawasih itu.

Kasdam menyatakan, untuk meraih prestasi di PON XX, maka harus tim kerja kemudian harus kompak dan harus visi misi yang sama. Artinya, lanjut Kasdam bahwa bukan saja pengurus yang kompak, sebagai atlet juga tidak boleh ada konflik, contohnya saja pelatih dan atlit bentrok, atau antar pengurus.

Untuk itu, sebelum memulai pekerjannya sebagai Ketua Puslatprov, Kasdam ingin pengurus KONI Papua melakukan evaluasi hasil PON Jawa Barat tahun 2016 lalu.

Sebab, tanpa evaluasi hasil PON sebelumnya, kita tidak bisa bekerja, makanya, minggu depan Satgas Papua Bangkit yang dipercayakan KONI untuk memimpin Papua pada PON Jawa Barat akan memaparkan keberhasilan maupun kegagaan Papua dalam mendulang medali emas di PON 2016 lalu.

Ia juga menambahkan, Papua punya potensi, tapi bagaimana bisa manfaatkan potensi tersebut untuk berprestasi di PON nantinya.

Sebab, kalau dilihat dari hasil perolehan medali yang didapatkan pada PON Jawa Barat, hanya 19 medali kemudian kalau dilihat lagi dari medali peraknya itu hanya 18.

“Jadi kalau digabung itu ada sekitar 37 medali emas karena itu mereka sudah masuk final, ya, karena satu hal mereka menjadi juara dua,” imbuhnya.

Kasdam berharap kedepan bisa suporting atlit-atlit disini.

“Saya bisa melihat dari segi postur bentuk, kaki, badan, untuk mendesain atlit itu bisa, kita bisa desain atlit Papua. Dari potensi yang ada kita ada peluang, tapi dari beberap masukan ada memang banyak kendala, banyak konflik pada saat  penyiapan atlit sehingga itu yang membuat tidak maksimal,” pungkasnya. (lam/dm)

LEAVE A REPLY