TOLIKARA (PT) – Paralayang merupakan sebuah cabang olahraga profesional, namun di sisi lain dapat menjelma menjadi sebuah olahraga hiburan yang menyenangkan.

Terbang dari ketinggian dan mengandalkan angin untuk melihat pemandangan luar biasa dari atas tentunya menjadi sensasi tersendiri bagi para penikmatnya.

Tanpa menggunakan mesin, para pilot paralayang menggunakan kaki untuk lepas landas dan mendarat.

Mengandalkan parasut dan angin serta cuaca, meski menyenangkan, olahraga paralayang tentunya juga memliki resiko besar di dalamnya.

Namun resiko itu dapat dicegah dengan beberapa cara yakni melakukan olahraga paralayang sesuai prosedur akan menekan tingkat kecelakaan yang dapat dialami.

Untuk itulah, maka para penikmat paralayang, terutama pemula harus memperhatikan betul beberapa hal agar dapat terbang dengan aman dan nyaman.

Demikian iungkapkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tolikara, Eber Waisimon usai penutupan pegelaran Festival Paralayang yang dipadukan dengan Festival Seni Budaya yang dipusatkan di Kota Karubaga, Rabu (8/8/2018)

“Menjadi atlet paralayang bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi dalam menerbangkan paralayang dibutuhkan keberanian dan skill khusus untuk mengendalikan parasut yang berfungsi sebagai alat bantu menjelajah,” ungkap Kadis Pariwisata dan Kebudayaan.

Diakuinya, perkembangan paralayang sangat bagus di Indonesia sampai sekarang sudah ada anggota lebih dari 1600 pilot.

Selain sebagai olahraga profesional, paralayang juga identik dengan olahraga sensasional atau rekreasional.

Namun, menjadi atlet paralayang tak semudah membalikan telapak tangan karena mereka harus melewati beragam proses.

“Pemula tak dapat sembarangan menggunakan parasut lalu terbang tanpa melalui beberapa prosedur yang telah ditetapkan,” katanya.

“Jadi untuk belajar paralayang tidak bisa langsung terbang. Ada proses ground school dulu bagaimana cara mengembangkan parasut di darat. Selain itu, juga ada class room untuk materi, begitu pula ada materi safenya. Siswa tak akan pernah diizinkan terbang jika belum mampu memenuhi syarat kelayakan terbang,” terangnya.

Menurutnya, paralayang memiliki potensi yang besar untuk berkembang di Indonesia.

Namun, hal ini diperlukan sarana yang tepat agar paralayang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia secara luas.

Diakuinya, Tolikara merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat cocok untuk mengembangkan olahraga dirgantara paralayang, karena didukung dengan potensi keindahan topografi daerah yang bergunung–gunung.

“Festival paralayang dan seni budaya ini tentunya memberikan jawaban yang sangat positif bagi Pemkab Tolikara dan Pemprov Papua yang berkaitan dengan persiapan Pra PON 2019 dan PON 2020 dimana cabor paralayang dipusatkan di Kabupaten Tolikara,” bebernya. (Diskominfo Tolikara/dm)

LEAVE A REPLY