JAYAPURA (PT) – Tim Gabungan TNI-Polri telah mengevakuasi jenazah pekerja PT Istaka Karya yang menjadi korban pembantian oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Jenazah korban itu, dievakuasi langsung ke Timika, Kabupaten Mimika, lantaran terkendala cuaca ketika akan dievakuasi ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya.

Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Muh Aidi membenarkan jika sudah ada sembilan jenazah korban pembantaian itu, telah terinditifikasi indentitasnya.

“Jadi, ada 9 jenasah yang telah terindentifikasi,” ungkap Kapendam Muh Aidi, Jumat (7/12).

Kesembilan jenazah yang terindentifikasi itu, diantaranya Agustinus T, Jepry Simaremare, Carly Zatrino, Alpianus M, Muh Agus, Fais Syahputra, Yousafat, Aris Usi dan Yusran.

Kapendam Muh Aidi mengatakan, jika dalam kasus itu, sebanyak 28 orang pekerja PT Istaka Karya, yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengerjakan proyek pembangunan Jembatan Kali Yigi dan Jembatan Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga.

“Jadi, yang selamat ada 7 orang karyawan, sedangkan yang meninggal 19 orang,” katanya.

Sementara itu, dari 19 orang yang meninggal dunia itu, sebanyak 16 jenazah korban ditemukan oleh Tim Gabungan TNI – Polri, sedangkan 3 jenazah korban belum ditemukan.

“Sedangkan, dua orang lainnya masih dalam pencarian Tim Gabungan TNI – Polri,” imbuhnya.

Sekadar diketahui, aksi pembantaian terhadap pekerja PT Istaka Karya itu, terjadi pada 2 -3 Desember 2018.

Sebanyak 16 korban ditemukan meninggal dunia setelah dibantai di Puncak Kabo, yang tak jauh dair kamp PT Istaka Karya yang membangun jembatan Trans Papua di Kali Yigi dan Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

KKB dibawah pimpinan Egianus Kogoya memberondong pekerja jalan trans Papua.

Mereka tidak suka kegiatan upacaranya dipotret oleh salah seorang pekerja PT Istaka Karya.

Jimmi Aritonang, salah satu korban selamat menceritakan detik-detik horor saat KKB memberondong tembakan kepada rekan-rekannya itu.

Menurutnya pada 1 Desember 2018 seluruh karyawan PT Istaka Karya sebenarnya memutuskan tidak bekerja karena pada hari itu ada upacara peringatan yang diklaim hari ulang tahun Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM).

Upacara itu dilaksanakan kelompok KKB dan dimeriahkan dengan upacara bakar batu bersama masyarakat.

Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhamad Aidi menceritakan kembali keterangan yang diproleh dari Jimmi saat keduanya bertemu di Wamena, Papua.

“Sekira pukul 15.00 WIT, kelompok KKB mendatangai Kamp PT Istaka Karya dan memaksa seluruh karyawan berjumlah 25 orang keluar, selanjutnya digiring menuju kali Karunggame dalam kondisi tangan terikat dan dikawal sekitar 50 orang KKB bersenjata campuran standar militer,” ujar Kolonel Aidi berdasarkan cerita dari Jimmi.

Kemudian, pada 2 Desember 2018, seluruh pekerja dibawa berjalan kaki dalam keadaan tangan terikat menuju bukit Puncak Kabo. Di tengah jalan mereka dipaksa berbaris dengan formasi 5 saf dalam keadaan jalan jongkok.

“Tidak lama kemudian para KKB dalam suasana kegirangan menari-nari sambil meneriakkan suara hutan khas pedalaman Papua. Mereka kemudian secara sadis menembaki para pekerja. Sebagian pekerja tertembak mati di tempat dan sebagian lagi pura-pura mati terkapar di tanah,” tutur Kolonel Aidi seperti yang dikisahkan Jimmi.

Setelah itu KKB meninggalkan para korban dan melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo.

Di tempat itu, ada 11 orang karyawan yang pura-pura mati dan kemudian berusaha bangkit kembali untuk melarikan diri.

Namun malangnya, mereka terlihat oleh KKB sehingga mereka dikejar. Sebanyak 5 orang tertangkap dan dibunuh oleh KKB (meninggal di tempat), 6 orang berhasil melarikan diri ke arah Mbua.

Dua orang diantaranya belum ditemukan sedangkan 4 orang diantaranya, termasuk saksi Jimmy Aritonang, selamat setelah diamankan oleh anggota TNI di Pos Yonif 755/Yalet di Mbua.

Tak sampai di situ, lanjut Kolonel Aidi, pada 3 Desember sekitar pukul 05.00 WIT Pos TNI 755/Yalet, tempat Jimmi bersama temannya diamankan diserang oleh KKB bersenjata standar militer campuran panah dan tombak.

“Rupanya mereka tetap melakukan pengejaran. Serangan diawali dengan pelemparan batu ke arah Pos sehingga salah seorang anggota Yonif 755/Yalet, Serda Handoko membuka jendela, lalu ditembak dan meninggal dunia,” imbuhnya. (jul/rm)

LEAVE A REPLY