Sambodo Samiyana

SENTANI (PT) – Pemerintah Kabupaten Jayapura dalam hal ini Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) tahun 2022 ini fokus program di bidang perkebunan yang lebih dititik beratkan pada rehabiltasi, peremajaan dan intensifikasi Tanaman Kakao yang tersebar di sejumlah titik.

Kepala Disbunak Kabupaten Jayapura, Sambodo Samiyana menjelaskan, rehabilitasi kebun kakao adalah sebagai upaya untuk mengoptimalkan produksi dan kwalitas kebun kakao.

Sedangkan, program peremajaan lebih cenderung kepohonnya yakni dengan cara sambung samping atau yang disebut dengan tempel/okulasi dan sambung pucuk.

Sambung samping, kata dia, merupakan salah satu teknik perbanyak secara vegetative dimana upaya ini dilakukan untuk mengatasi sejumlah tanaman kakao yang sudah tua. Sementara program intensifikasi adalah bertujuan untuk memperbaiki kondisi kebun kakao yang tanamannya kurang terawat, terserang hama/penyakit dan diperlihara sesuai dengan baku teknis budidaya tanaman kakao.

“Kami juga terus berupaya mendorong semua petani kakao yang tersebar di beberapa wilayah untuk mendukung program pemerintah lewat Disbunak untuk merehabiltasi, peremajaan dan intensifikasi baik kebun kakao tetapi juga tanaman kakao itu sendiri,” ungkapnya saat ditemui awak media, Rabu (30/3).

“Sebagian wilayah Kabupaten Jayapura terdiri dari daratan dan masyarakatnya banyak yang menjadi petani kakao. Terlebih khusus, masyarakat yang berada di wilayah pembangunan 3 yakni di Distrik Nimboran, Disktrin Namblon, Distrik Kemtuk, dan beberapa distrik sekitarnya,” tambahnya.

Artinya, jika usaha pertanian tanaman kakao benar-benar di tekuni dan diolah secara baik maka sudah tentu hasilnya mampu meningkatkan perekonomian keluarga. Tetapi, disadari pula bahwa, hampir 4.000 lebih hektar kebun kakao telah dihilang dan kini hanya ada sekitar 10.000 lebih hektar.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian juga adalah penanganan kakao dapat dilakukan secara terintegrasi oleh perangkat daerah yang masuk dalam tim ekonomi. Penanganan dilakukan dari hulu sampai hilir. Misalnya, Disbunak urus kebun dan tanaman kakao, sedangkan untuk pemasaran bisa ditanngani oleh perangkat daerah lainnya.

Disinggung mengenai langkah seperti apa yang akan diambil oleh pihaknya guna menghadapi salah satu kendala yang lazim ditemui, kurangnya ketersediaan pasar. Pria yang akrab di sapa Pa Doddy ini menerangkan, salah satu langkah adalah perlu adanya Badan Usaha Milik Kampung (Bumkam) di setiap kampung.

“Bumkam dapat membeli biji kakao milik petani, selanjutnya Bumkam yang mengirim atau memasarkan keluar. Kita juga berharap, jika pabrik pengolahan biji kakao milik Disperindag di Yahim beroperasi, maka masalah pasar dengan sendirinya akan teratasi,” pungkasnya. (yan/nald)

LEAVE A REPLY