JAYAPURA – Soroton beberapa kalangan tentang pembangunan gedung negara yang terletak di Dok V Atas, Distrik Jayapura Utara memang perlu ditinjau ulang.

Ya, pasalnya pembangunan gedung negara tersebut bukan layaknya membangun suatu gedung atau bangunan biasa sehingga harus cepat diselesaikan tapi hasilnya tidak memuaskan.

Pembangunan gedung negara yang diperkirakan seluas 2 hektar itu ternyata kalau dilihat langsung ke lapangan sangat bernuansa Papua.

Kenapa tidak, semua tiang pilar utama yang digunakan berbentuk tifa yang melambangkan sebuah gendang. Bukan hanya itu, seluruh atap bagian atas berbentuk honai yang melambangkan rumah adat di Papua serta dihiasi ukiran-ukiran dari lima wilayah adat seperti Asmat dan Sentani.

Wartawan Papuatoday.com yang langsung melihat kondisi pembangunan gedung negara tersebut cukup kaget karena konsep pembangunannya menunjukkan kondisi nyata sebuah gedung negara. Sehingga nantinya tamu-tamu undangan seperti tamu negara atau pemerintah pusat yang datang dalam rangka suatu kegiatan akan disuguhi dengan ornamen-ornamen ciri khas Papua.

Selain itu, proses pengecatan ukiran-ukiran dinding melibatkan suku-suku terkait sehingga tidak asal membuatnya.

“Jadi untuk ukiran ini kami datangkan orang asal Sentani dan Asmat karena memang ukirannya bergambar ukiran Asmat dan Sentani. Kami tidak ingin salah dalam bekerja,”ungkap penanggungjawab pembangunan gedung negara itu.

Tak sampai disitu, tampak sejumlah ruangan yang nantinya digunakan staf dan pegawai yang terlibat langsung dengan Gubernur Papua telah disediakan.

Termasuk ruang tunggu bagi tamu-tamu penting dan ruang istirahat dengan pemandangan kearah laut lepas ditambah taman-taman yang akan ditanam beberapa bunga dan pohon.

“Konsepnya ketika dilihat dari atas, gedung negara ini bergambar seekor burung Cenderawasih yang sedang terbang lengkap dengan ekornya. Dan akan dibuatkan tulisan Gedung Negara dengan menggunakan lampu mirip dengan tuliasan Jayapura City,”terangnya.

Dalam kesempatan itu, Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP, MH yang mengecek langsung kondisi pembangunan negara itu mengaku bangga karena di era kepemimpinannya baru ada Gubernur yang bisa membangun sebuah gedung negara benar-benar bernuansa Papua.

“Dari Gubernur ke Gubernur belum ada yang bisa membangun gedung negara seperti ini. Jadi kalau ada yang menyoroti pembangunan gedung negara ini adalah orang yang keliru,”tegasnya.

Dijelaskannya, konsep pembangunan gedung negara ini sangat kental dengan nuansa Papua karena terlihat pemakaian tifa dan honai serta ukiran Papua. Gedung negara ini bisa dikatakan rumah bersama untuk orang Papua karena konsep nama-nama lima wilayah adat akan digunakan seperti beberapa ruangan.

“Saya berharap pembangunan gedung negara ini bisa rampung dan sekaligus diresmikan pada 9 April 2017. Itu tepat 4 tahun kepemimpinan kami. Besar harapan semua bisa berjalan dengan baik dan tidak ada kendala,”tandasnya. (tim)

1 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke Rizaldi Batal balasan