JAYAPURA – Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua mengklaim penggunaan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan pesisir di laut utara Papua ramah dengan lingkugan.
Hal itu sebagaimana diungkapkan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua, Drs. FX. Mote, M.Si.

Dikatakan, rata-rata nelayan di pesisir utara Papua menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan tersebar dari Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Sarmi, Waropen, Yapen, Supiori, Biak dan Nabire.

”Ya mayoritas nelayan di pesisir laut utara Papua menggunakan alat tangkap dengan teknologi sederhana menggunakan alat tangkap pancing hand line, pancing ulur, pancing tonda dan jaring gillnet,”ungkapnya.

Diakuinya, meskipun dengan teknologi sederhana tersebut dalam produktivitas dan analisis usaha sangat menguntungkan. Bahkan rastio pendapatan nelayan setelah dikurangi dengan operasional melaut sangat menguntungkan.

Sementara itu, Kepala Seksi Pengelolaan Sumber Daya Ikan dan Pengendalian Penangkapan Ikan, Agus Rahmawan, S.ST.Pi, M.Si mengatakan, ada sembilan kriteria dalam klasifikasi alat tangkap ikan yang ramah lingkungan sesuai dengan standar FAO dan Permen Kelautan dan Perikanan No.6 Tahun 2010.

“Jadi ada 9 kriteria alat tangkap yang ramah lingkungan sesuai dengan standar FAO dan Permen tentang alat penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia,”ujarnya.

Rahmawan menjelaskan, kriteria tersebut adalah alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi kemudian alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat dan tempat tinggal serta berkembang biak ikan dan organisme lainnya tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan).

Selain itu, menghasilkan ikan yang bermutu baik, produk tidak membahayakan kesehatan konsumen, hasil tangkapan yang terbuang minimum, alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity).

“Termasuk tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah serta diterima secara social,”tandasnya. (lam/rm)

LEAVE A REPLY