JAYAPURA (PT) – Gema kesadaran akan pentingnya lingkungan yang bebas dari rokok terdengar semakin kuat. Inisiasi yang diprakarsai oleh Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Indonesia (Aspeksindo) ini melalui para delegasi Sekolah Duta Maritim Indonesia III menggelar sebuah acara sosialisasi yang tak hanya mengingatkan, namun juga menginspirasi warga Ibu Kota untuk menyingkirkan asap rokok dari lingkungan publik.

Kawasan Monas dan Sarinah, dua ikon Jakarta Pusat, menjadi panggung utama bagi kegiatan pemberdayaan masyarakat ini pada hari Minggu, 13 Agustus 2023.
Salah satu sorotan terbesar dari acara ini adalah pembuatan miniatur rokok terbesar yang mengundang pengunjung untuk menandatanganinya.

Dalam upaya yang inovatif dan kreatif ini, peserta bukan hanya menyadarkan, tetapi juga melibatkan masyarakat dalam upaya memerangi dampak merokok. Tujuan dari kegiatan ini tak hanya sekadar mengedukasi mengenai bahaya merokok, tetapi juga mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi angka stunting di Indonesia.

Acara tersebut juga dihadiri oleh peserta asal Provinsi Papua, Nurushafa Assauqiyah. Sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Yapis Papua, partisipasinya memberi sudut pandang yang cukup menarik dan kritis dalam konteks regulasi terkait larangan merokok di kawasan Pantai.

Ditengah minimnya regulasi di Indonesia terhadap larangan merokok di pantai, Nurushafa menyampaikan harapan agar pemerintah daerah yang memiliki objek wisata pantai untuk mempertimbangkan langkah berani, yaitu mengeluarkan regulasi “Pantai Tanpa Rokok”.

Beberapa wilayah di Indonesia telah melangkah maju dengan mengadopsi regulasi larangan merokok di kawasan pantai. Salah satu contohnya adalah kawasan Pantai Tidung di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

“Nurushafa mengungkapkan di Pulau Tidung, upaya menuju “Pantai Tanpa Rokok” bukan sekadar simbol, tetapi tindakan nyata dalam menjaga keberlanjutan lingkungan laut yang penting bagi ekonomi dan masyarakat lokal,” ucap Nurushafa.

Namun, pandangan Nurushafa Assauqiyah membawa kita lebih jauh lagi. Ia mengungkapkan bahwa mungkin sulit untuk kita mencari ‘Pantai Tanpa Rokok’ di Indonesia, tapi di beberapa kota di dunia sudah mulai gencar mengkampanyekan dan meregulasi hal tersebut.

Ia memberikan contoh inspiratif dari Miami Beach di Florida, Amerika Serikat, yang sejak tahun ini resmi memberlakukan larangan merokok di sepanjang pantai kota tersebut. Pandangan global ini mengingatkan kita pada keharusan untuk bergerak maju dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga di tingkat internasional.

Lebih lanjut, Nurushafa menyampaikan pandangannya terkait bahaya asap rokok dan limbah puntung rokok yang terdapat di kawasan pantai, penting untuk diingat bahwa bahaya asap rokok dan limbah puntung rokok tidak hanya mengancam kesehatan manusia, tetapi juga ekosistem pantai menjadi rapuh.

Kawasan pantai, yang sering menjadi tujuan rekreasi dan wisata, dapat menjadi sasaran utama dampak negatif dari merokok. Puntung rokok yang dibuang sembarangan dapat terbawa oleh angin dan air laut ke pasir pantai dan air laut itu sendiri. Hal ini bisa mengakibatkan pencemaran lingkungan dan kerusakan pada ekosistem laut.

Bukan sekadar masalah estetika, limbah puntung rokok yang masuk ke laut juga berpotensi merusak organisme laut. Serat rokok yang terurai menjadi mikroplastik dapat dengan mudah tertelan oleh ikan dan makhluk laut lainnya. Ketika mikroplastik dan zat kimia dari rokok ini masuk ke dalam rantai makanan laut, mereka dapat berdampak negatif pada kesehatan organisme laut dan akhirnya berpotensi mencemari makanan laut yang dikonsumsi oleh manusia.

Tak dapat dipungkiri, langkah-langkah seperti ini tidak hanya menjadi langkah maju dalam pelestarian lingkungan, tetapi juga sebagai langkah konkrit dalam melindungi generasi masa depan dari dampak buruk asap tembakau.

Inisiasi Sekolah Duta Maritim Indonesia III dengan dukungan dari Aspeksindo dan partisipasi aktif dari individu seperti Nurushafa Assauqiyah membuka pintu bagi masa depan yang lebih hijau, lebih segar, dan lebih sadar. (Dian)

Editor : Ronald

LEAVE A REPLY