JAYAPURA (PT) – Papua adalah pulau terbesar di Indonesia dengan beragam sumber kekayaan alam yang sangat melimpah dan menjanjikan untuk dikembangkan di masa depan.

 

Sebagai aset bangsa yang sangat berharga, Tanah Papua patut mendapatkan perhatian khusus dalam pembangunan.

 

“Papua adalah pulau terbesar dan merupakan aset berharga dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Papua pulau yang menyimpan beragam kekayaan alam yang menjanjikan untuk dikembangkan dan dimanfaatkan ke depan,” kata Jaksa Agung HM Prasetyo disela-sela Penandatanganan Nota Kesepahaman antara 8 Kejaksaan Tinggi dan PT Indonesia Power di Hotel Horison Jayapura, Kamis, (1/8).

 

Menurut Prasetyo, Papua sebagai tuan rumah penandatanganan nota kesepahaman adalah sebuah pilihan yang patut dipahami sebagai langkah strategis mewujudkan pembangunan yang merata dan berkeadilan.

 

Dan menjamin agar tidak ada lagi rakyat yang terabaikan.

 

“Saat ini Indonesia Sentris. Semua daerah menjadi prioritas. Kita ingin hapus Jawa Sentris,” ujar Jaksa Agung.

 

Mantan Kepala Kejaksaan Wamena itu mengatakan, kerjasama Kejaksaan dan PT Indonesia Power diharapkan dapat membantu upaya pemerintah menjawab harapan masyarakat Papua dan masyarakat di kawasan timur Indonesia untuk mendapatkan dan menikmati pelayanan pembangunan yang sama dengan masyarakat lain di tanah air.

 

Lebih lanjut, kesepakatan dan kerjasama dilakukan di Papua agar dapat melihat secara langsung kondisi masyarakat di pulau paling timur nusantara.

 

“Ini menjadi penyemangat kita bersama untuk bekerja lebih giat lagi agar kebijakan pembangunan Indonesia sentris benar-benar terlaksana agar  berdampak positif mampu mendorong peningkatan mutu segala aspek kehidupan khususnya pertumbuhan ekonomi secara merata dan berkeadilan di seluruh wilayah tanah air,” jelasnya.

 

Prasetyo mengapresiasi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang telah bekerja memenuhi kebutuhan energi listrik di Papua.

 

Ia berharap pelayanan perusahaan milik pemerintah itu dapat ditingkatkan sehingga menjangkau seluruh kebutuhan energi listrik di tanah Papua.

 

“Saya bertugas cukup lama di Papua dan saya bangga karena tahun 1978, 1980, listrik di Wamena hanya menyala 1 hingga 2 jam di waktu malam, setelah itu gelap gulita. Kemarin saya nginap di Wamena, lampunya menyala 24 jam. Ini pertanda sebuah kemajuan. Dan bagi saya pribadi sangat bangga dengan Papua,” imbuhnya. (ans/rm)

LEAVE A REPLY