SEMARANG – Sungguh hasil yang sangat menyakitkan dan mengecewakan bahkan sama sekali belum berpeluang untuk memenuhi target masuk peringkat 10 besar, kontingen Papua pun gagal meraih medali emas pada Pekan Olahraga Antar Pelajar (POPNAS) yang berlangsung di Semarang, Jawa Tengah.

Dari 18 cabang olahraga yang diikuti kontingen Papua, hanya bisa bawa pulang 1 medali perak dan 5 medali perunggu. Satu medali perak dari cabor judo, sementara 5 perunggu dari atletik 1, pencak silat 1, taekwondo 1 dan tinju 2.

Harapan Papua untuk rebut emas dari cabor tinju hilang menyusul kekalahan menyakitkan yang diderita petinju Papua, Yahya Doom.

Tampil di partai semifinal, Selasa (19/9/2017), di GOR Universitas Semarang (UNMUS) menantang petinju Kalimantan Tengah. Yahya harus lempar handuk setelah di ronde kedua mendapat pukulan bertubi-tubi dari lawannya.

Wasit harus menghentikan pertandingan dan memberikan kemenangan TKO kepada petinju Kalteng. Nasib serupa menimpa tim basket putra. Menghadapi tuan rumah Jawa Tengah di semifinal, anak asuh Lucky Liptiay harus angkat jempol buat lawan. Papua kalah dengan skor

Anggota Bidang Pembinaan Prestasi KONI Papua, Nico Dimo menegaskan, hasil di Popnas Semarang harus dijadikan contoh sekaligus pembelajaran buat semua pemangku kepentingan olahraga di Papua. 

“Ini menjadi pembelajaran dan evaluasi total,  ini prestasi terburuk dalam 2 dasawarsa terakhir, karena paling jelek posisi Papua yang masih berkutak di peringkat 29 dari 34 provinsi,”katanya.

Dominggus Lutrun, kepala bidang peningkatan prestasi olahraga Dinas Olahraga dan Pemuda (Disorda) Papua, menyampaikan, Popnas XIV/2017, sebuah kemunduran prestasi Papua.

Dikatakannya, Provinsi Papua selalu meraih medali emas sejak Popnas pertama kali tahun 1988. Papua paling banyak raih emas di Popnas Yogyakarta 2009.

“Kita selalu masuk peringkat 10 besar nasional, tapi mulai Popnas 2013 dan 2015 turun ke peringkat lima belas. Tahun ini lebih hancur, Papua tidak dapat satu medali emas pun,”pungkasnya. (Lam/rm)

LEAVE A REPLY