JAYAPURA (PT) – Sekretaris Daerah Papua, Hery Dosinaen mengaku sangat prehatin dimana ada 90 persen pengguna ganja di Papua merupakan anak asli Papua.

“Kita semua sama-sama mempunyai tanggungjawab, di gereja harus bisa memberikan pemahaman kepada anak-anak muda,” katanya kepada wartawan di Jayapura, Rabu (11/12).

Menurutnya, semua pihak bertanggungjawab baik tokoh agama, tokoh adat dan tokoh muda serta aparat kepolisian harus berperan aktif dalam memberikan pemahaman bahaya narkoba kepada generasi muda Papua.

“Jangankan ganja, aibonpun sudah sudah banyak digunakan anak-anak di Kota. Ini tugas kita bersama dalam memberantas Narkoba,” tandasnya.

Namun demikian, Sekda Hery  Dosinaen meminta kepada aparat kepolisian agar tidak hanya melakukan pengamanan pada satu pintu di perbatasan Papua-Papua New Guinea (PNG).

“Pengamanan di perbatasan juga harus menjadi serius, jangan hanya dititik pintu saja, tetapi banyak titik rawan atau jalan tikus yang digunakan menyelundupkan ganja ke Papua,” jelasnya.

Sebelumnya Kepala BNNP Papua, Brigjen Pol. Jackson Lapalonga menyebut, dua persen dari total penduduk Papua terpapar Narkoba.

Mereka umumnya berasal dari kalangan pelajar yang masuk dalam kategori usia produktif.

Selain itu, 90 persen penyalahguna ganja adalah anak asli Papua.

“Ironis sekali jika anak-anak Papua di sini 90 persen pengguna Narkotika, dan ini harus menjadi perhatian kita semua,” tegasnya.

Kata Jackson, masuknya ganja ke wilayah Papua melalui perairan laut dan jalur darat PNG, negara yang berdekatan langsung dengan Kota Jayapura.

Selebihnya, tiga kabupaten yakni Keerom, Pegunungan Bintang dan Boven Digoel menjadi pemasok ganja di Papua. BNN menemukan lahan ganja di tiga daerah tersebut.

Menurutnya, menjamurnya ganja di kalangan pelajar dan usia produktif lainnya lantaran mudah didapat.

Pengedar menyediakan ganja dengan paket kecil serta harga relatif murah. Begitu juga dengan penguna lem Aibon.

Sementara, BNN Papua selama ini telah gencar memberikan sosialisasi ke berbagai sekolah dan instansi di wilayah hukumnya, terkait bahaya laten Narkoba.

“BNN Papua tidak mungkin bisa mengatasi ini sendiri tanpa adanya kerjasama dari seluruh pihak. Tanggung jawab dari sekolah, guru dan orangtua serta yang bersangkutan (pengguna) sangat kami harapkan,” ujarnya.

BNN Papua juga meminta komitmen semua institusi serta instansi agar sama-sama memberantas Narkoba di Bumi Cenderawasih.

Misalnya, melakukan kegiatan pencegahan dengan cara test urine secara berkala, atau dengan cara menyelipkan kampanye menolak Narkoba di tiap-tiap sekolah maupun giat apel di perkantoran. (ing/sri)

LEAVE A REPLY