Suasana pembekalan KAPP Jayawijaya bersama mama-mama penjual pinang di Pisugi, Jayawijaya, Rabu (13/10).

WAMENA (PT) – Kamar Adat Pengusaha Papua (KAPP) Jayawijaya membekali mama-mama asli Papua khususnya mama penjual pinang.

Dalam pembekalan itu, banyak keluhan dari mama-mama asli Papua terkait hal yang selama ini menjadi masalah dalam pengembangan usaha jualan pinang.

Ketua Kamar Adat Pengusaha Papua, Jayawijaya, Agustinus Kossay menjelaskan, dengan keterbatasan KAPP, pihaknya mengakomodir beberapa penjual pinang dari empat distrik di Jayawijaya.

“Mereka yang hadir merupakan reperesentasi dari beberapa titik tempat yang ada di kota maupun pinggiran diantaranya Wamena Kota, Wesaput, Wouma dan Hubikiak,” jelas Kossay kepada wartawan di Distrik Hubikiak, Jayawijaya, Rabu (13/10).

Menurutnya, mereka yang dipanggil hanya representase mama penjual pinang.

Ini merupakan langkah awal kerja KAPP untuk mendorong masyarakat akar rumput dibidang ekonomi.

“Tujuannya untuk memberikan pembekalan atau pembinaan sekaligus saling tukar pikiran berkaitan dengan pengalaman mama-mama kita dalam berjualan pinang,” ujarnya.

Kata, Agus dalam pembekalan ini pihaknya tidak hanya memberikan materi tetapi lebih kepada tukar pikiran tentang apa yang mereka alami selama menjual pinang.

“Kami mendengar kadang-kadang mereka terbentur dengan modal, kadang juga pinjam tetapi dengan pengembalian yang besar. Selain masalah modal usaha, kami juga mendata dari sisi fasilitas jualan,” jelasnya.

Dengan kondisi ini, Agus menegaskan pihaknya sebagai wadah representase dari UU Otsus akan memperjuangkan nasib mama-mama Papua penjual pinang ini kepada pemerintah.

“Kami berharap pemerintah melihat mama Papua. Kebanyakan hasil curhat mereka itu, yang lain statusnya ditinggalkan oleh suami, hidup sendiri sehingga bagaimana mereka berusaha hidup mandiri dengan berjualan pinang,” tuturnya.

KAPP sebagai mitra pemerintah, Kossay mengharapkan Pemerintah Jayawijaya dapat bekerjasama dengan KAPP dalam upaya mengadvokasi mama-mama Papua, tidak terbatas 4 distrik saja namun secara keseluruhan di Kabupaten Jayawijaya.

“Kami melihat jualan pinang ini selain untuk kebutuhan sehari-sehari , namun banyak anak-anak sekolah berhasil karena hasil usaha jual pinang mama-mama kita ini,” katanya.

Dia menambahkan, sebagai langkah awal KAPP Jayawijaya, pihaknya telah menggelar pembekalan dan selanjutnya akan memberikan bantuan berupa meja jualan pinang dan sedikit modal sebagai stimulus kepada mama-mama Papua agar dapat mengembangkan usahanya.

“Dengan keterbatasan daya. Kami KAPP menyediakan 27 meja jualan pinang dan sedikit modal sebagai langkah awal KAPP memberikan dukungan dan motivasi bagi mama-mama Papua,” pungkasnya.

Sementara itu, Mama Lince Wanimbo, salah satu penjual pinang menuturkan usaha jual pinang dilakoninya dari tahun 2015.

Berawal dari modal yang ia pinjam hingga kini masih bertahan dengan modal yang terbatas.

“Hampir semua yang kami alami, masalah modal. Kami harap kepada KAPP maupun pemerintah dapat mendorong kami agar kedepan kami bisa berkembang,” ujarnya.

Senada dengan itu, Ferro Asso, salah satu penjual pinang asal Wesaput mengakui, modal usaha menjadi masalah mama-mama untuk jalankan usaha. Karena selama ini, modal yang mereka pegang terbatas sehingga kalah saing dengan penjual dari luar Papua.

“Kami sebagai ibu selalu berpikir bukan hanya anak-anak saja tetapi semua keluarga di lingkungan sekitar kami. Ada masalah apapun, biaya sekolah, duka dan acara apa saja. Kami selalu terbantu dengan usaha kami sehingga kedepan pemerintah memikirkan usaha-usaha kecil ini karena bersentuhan langsung dengan kami orang asli Papua,” pesanya.

Dia juga menyampaikan apresiasi kepada KAPP yang sudah menjadi organisasi yang memberikan pembekalan bagi mama asli Papua sehingga menjadi motivasi untuk mengembangkan usaha. (roh/rm)

LEAVE A REPLY