JAYAPURA (PT) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mencatat pada April 2019, Kota Jayapura mengalami deflasi sebesar 0,26 persen. Hal itu berbeda dengan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,26 persen.

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Papua, Bambang Wahyu Ponco Aji mengatakan, faktor pemicu terjadi deflasi diantaranya adalah penurunan harga dengan besaran andil masing-masing yaitu ikan ekor kuning sebesar 0,662 persen, ikan cakalang sebesar 0,254 persen, tariff listrik sebesar 0,012 persen.

“Secara umum deflasi tersebut didominasi oleh pengaruh penurunan harga pada kelompok bahan makanan yang memberikan andil 0,64 persen terhadap total deflasi di Kota Jayapura,” katanya dalam release bulanan BPS Provinsi Papua, Kamis (2/5).

Sementara di Kota Merauke selama April 2019 terjadi inflasi sebesar 1,20 persen. Inflasi itu cenderung lebih tinggi dibandingkan kondisi bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,31 persen.

“Diantara faktor pemicu terjadi inflasi adalah kenaikan harga dengan besar andil seperti bayam sebesar 0,747 persen, cabe rawit sebesar 0,382 persen, kangkung sebesar 0,139 persen, kacang panjang sebesar 0,085 persen, bawang merah sebesar 0,077 perseb,” jelasnya.

Secara umum inflasi itu, didominasi oleh pengaruh kenaikan harga pada kelompok bahan makanan dengan andil mencapai 1,31 persen terhadap inflasi di Merauke.

Sedangkan, di Kota Jayapura perkembangan infasli tahun berjalan April 2019 mencapai 0,23 persen, pencapaian ini lebih rendah dan terkendali dibandingkan April 2018 sebesar 1,97 persen.

BPS Provinsi Papua menilai berdasarkan pantauan inflasi month to month itu, bahwa capaian inflasi di Kota Jayapura relative terkendali, sedangkan di Kota Merauke memelukan campur tangan pemerintah agar relative terkendali.

Dari hasil inflasi year on year khususnya di Kota Jayapura menunjukkan bahwa pemerintah perlu menjaga stabilitas harga ke depan dengan usaha ekstra agar capaian inflasi berada pada kisaran target yang telah ditentukan. (ing/rm)

LEAVE A REPLY