JAYAPURA (PT) – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua memperkirakan pertumbuhan ekonomi Papua triwulan IV tahun 2018 terkontraksi, berada dikisaran -5,2 hingga -4,8 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2017.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua, Joko Supratikto mengatakan, dari sisi pengeluaran, penurunan ekspor luar negeri diperkirakan menjadi faktor utama penurunan pertumbuhan ekonomi Papua yang disebabkan berkurangnya penjualan konsentrat tembaga akibat penurunan produksi tambang terbesar di Papua.

“Dari sisi lapangan usaha, penurunan kinerja pertambangan ditengarai akan menyebabkan perlambatan itu,” ujar Joko dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia bertajuk Sinergi untuk Ketahanan dan Pertumbuhan, Kamis (13/12).

Lebih lanjut, perlambatan pertumbuhan ekonomi yang lebih dalam akan bertahan oleh baiknya kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan serta lapangan usaha konstruksi yang tumbuh tinggi sejalan dengan pola historisnya.

Berkaca pada dinamika perekonomian yang telah terjadi sepanjang 2018 dan mempertimbangkan beberapa faktor yang potensi memberikan pengaruh pada perekonomian Papua.

Secara keseluruhan tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Papua diperkirakan sebesar 11,26-11,66 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 sebesar 4,64 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017.

“Secara umum pertumbuhan ekonomi Papua pada tahun 2018 didorong oleh peningkatan produksi tambang secara signifikan,” paparnya.

Selain itu, kata Joko, juga ditopang oleh optimalisasi produksi pertambangan terbuka Grasberg di Kabupaten Mimika yang memasuki tahap final eksplorasi yang memiliki kandungan konsentrat yang tinggi.

Selain itu, imbuh Joko, percepatan pembangunan infrastruktur strategis di Papua turut mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018. (ria/rm)

LEAVE A REPLY